Luwu Timur – Di balik senyum bahagia seorang ibu bernama Evi Nurjanah, tersimpan kisah pengabdian yang luar biasa. Setelah 10 tahun menjadi tenaga honorer di KUA Kecamatan Angkona, Evi akhirnya diangkat sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Kementerian Agama formasi tahun 2024.
Namun di balik kabar bahagia itu, Evi harus menerima kenyataan bahwa ia menyandang kelumpuhan total usai melahirkan anak keduanya. Ia hanya bisa bekerja dengan bantuan suaminya, (Fadly), yang setiap hari menggendongnya dari rumah ke kantor.
Yang lebih menyentuh, rumah yang ia bangun bersama suami sejak beberapa tahun terakhir belum rampung. Dinding rumah masih dari batako tanpa plester, atap belum seluruhnya tertutup, dan lantainya masih tanah. Di tempat sederhana itulah ia mengasuh anak-anaknya dan menyimpan harapan hidup yang lebih layak.
Mengetahui hal tersebut, Bupati Luwu Timur H. Irwan Bachri Syam, langsung mengunjungi Evi di Desa Solo, Kecamatan Angkona, Minggu (01/06/2025). Bupati Irwan merasa terharu melihat perjuangan Evi dan menyatakan komitmennya untuk membantu menyelesaikan pembangunan rumah tersebut.
“Kami akan bantu agar rumah Bu Evi bisa selesai. Tidak perlu besar, tapi harus nyaman dan layak. Pengabdian seperti ini tidak boleh kita abaikan, harus kita dukung dengan aksi nyata,” ujar Irwan, yang saat itu didampingi Plt. Kadis Lingkungan Hidup, M. Yusri.
Momen Haru: Menerima SK, Pulang ke Rumah yang Belum Jadi
Senin (2/6/2025), Evi menghadiri acara penyerahan SK PPPK. Ia datang dengan kursi roda yang diberikan langsung oleh Bupati Luwu Timur Irwan Bachri Syam yang didorong suaminya. Di tengah barisan pegawai, Evi hadir dengan segala keterbatasan fisik namun justru memancarkan kekuatan mental yang luar biasa.
Ketika namanya dipanggil, mata Evi berkaca-kaca. Suaminya menggenggam tangannya erat sambil menunduk, menyembunyikan air mata haru. Beberapa rekan PPPK menyalami Evi dan menyampaikan rasa hormat atas perjuangannya.
Momen itu pun menjadi perhatian Bupati Irwan yang mendengar langsung kabar kelulusan Evi. Ia kembali menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak hanya hadir dalam seremoni, tapi juga akan turun tangan menyelesaikan persoalan di lapangan.
“Rumah Bu Evi adalah tanggung jawab kita bersama. Ia sudah memberi yang terbaik, kini saatnya kita memberi ruang hidup yang layak untuknya dan keluarga,” tegas Bupati Irwan.
Kisah Evi Nurjanah menjadi pengingat bahwa di balik keterbatasan fisik, tersimpan kekuatan besar bernama ketulusan dan pengabdian. Kini, harapannya akan rumah yang layak perlahan terwujud dengan tangan-tangan kepedulian yang mulai menyentuhnya.