Telusur-news.com, Surabaya- CEO SEVIMA Sugianto Halim MMT menerima penghargaan mitra wirausaha dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), pada Rabu (13/11). Penghargaan di momen hari pahlawan sekaligus dies natalis ITS ini, diberikan oleh Ketua Majelis Wali Amanat sekaligus Menteri Pendidikan Nasional Tahun 2009-2014 Prof Mohammad Nuh, Rektor ITS Bambang Pramujati PhD, beserta jajaran Pimpinan ITS. Rabu (13/11)
Disampaikan oleh Bambang Pramujati PhD, Rektor ITS Surabaya, penghargaan mitra wirausaha dari ITS diberikan sebagai apresiasi kepada wirausaha individu dan / atau organisasi yang dianggap berjasa dan memberikan kemaslahatan kepada ITS dan / atau masyarakat.
“Apresiasi penghargaan ITS kepada SEVIMA dan seluruh peraih penghargaan, diberikan sebagai insan yang memiliki jasa besar kepada bangsa Indonesia, serta atas pencapaiannya dan yang menyumbang kontribusi besar,” ungkap Bambang Pramujati, pada Puncak Dies Natalis ITS, Senin (11/11).
*Komitmen SEVIMA Merevolusi Pendidikan dengan Teknologi*
Saat masih berstatus mahasiswa, sebagian besar dari kita mungkin lebih fokus pada kuliah, menyelesaikan tugas-tugas dari dosen, atau aktif di organisasi kampus. Namun tidak bagi Sugianto Halim, Pendiri sekaligus CEO SEVIMA.
Sejak masih di bangku mahasiswa pada awal tahun 2000an, ia biasa sibuk di depan laptop, berjam-jam coding dan membuat aplikasi. Bahkan sudah mulai menyusun konsep untuk mendirikan sebuah startup yang bergerak di bidang teknologi pendidikan, yang mungkin pada masa itu startup belum menjadi tren populer.
Satu tahun setelah lulus, bersama rekannya ia mendirikan SEVIMA (Sentra Vidya Utama). Awalnya hanya sebatas gagasan kecil dari sebuah kamar kos, SEVIMA telah menjadi perusahaan teknologi yang berusia 21 tahun dan memberi solusi digitalisasi pendidikan bagi ribuan kampus, lembaga pemerintah, serta perusahaan. Total lebih dari 3,5 juta mahasiswa, dosen, hingga operator kampus, menggunakan SEVIMA Platform setiap harinya dan tergabung dalam “Komunitas Sevima”.
SEVIMA juga memiliki tagline #revolutionizeEducation, dan menjadi pionir dalam solusi sistem informasi akademik yang menghadirkan sistem akademik terintegrasi untuk menjawab segala kebutuhan perguruan tinggi lewat teknologi digital. Seperti penerimaan mahasiswa baru, pembayaran kuliah, pembelajaran online, administrasi dan akreditasi kampus, hingga portal lowongan kerja dan berbagai fitur lainnya.
“Komitmen SEVIMA untruk merevolusi pendidikan dengan teknologi digital, juga sejalan dengan keberagaman Indonesia. Terlebih tak sedikit kampus mitra SEVIMA yang berada di perbatasan Indonesia, seperti: 1) Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) di Aceh Besar, ujung barat Indonesia, 2) Politeknik Negeri Nusa Utara yang berlokasi di Sangihe, Maluku Utara, ujung utara Indonesia, 3) Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke di Papua, ujung timur Indonesia, dan 4) Universitas Nusa Cendana, perguruan tinggi negeri di Kupang, Nusa Tenggara Timur, ujung selatan Indonesia,” ungkap Halim.
Penghargaan ini menurut Halim, bukan sekadar apresiasi untuk SEVIMA, tetapi juga bentuk penghormatan atas dampak besar bagi dunia pendidikan di Indonesia.
“Penghargaan ini adalah kehormatan yang sangat berarti bagi saya dan seluruh tim SEVIMA. Penghargaan ini menjadi penyemangat bagi kami untuk terus berinovasi dan mengembangkan layanan yang semakin relevan bagi pendidikan tinggi di negeri ini,” kata Halim.
Halim menyadari bahwa digitalisasi kini sudah menjadi kebutuhan. Misinya adalah menjadikan SEVIMA sebagai mitra utama dalam membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih maju. “Teknologi bukan hanya alat bantu, tetapi juga sarana untuk mendemokratisasi akses, kualitas pendidikan, sekaligus menjadi kunci agar pendidikan tinggi di Indonesia dapat bersaing secara global. Saya berharap SEVIMA bisa terus menjadi mitra terbaik bagi kampus-kampus di Indonesia,” ujar Halim.
Cerita Sugianto Halim dari kamar kos hingga panggung penghargaan jadi inspirasi nyata bahwa dengan tekad dan inovasi, mimpi besar dapat terwujud. SEVIMA tidak hanya membantu mengelola data akademik dan proses perkuliahan, tetapi juga menjadi katalis bagi masa depan pendidikan tinggi di Indonesia.
Lap. AAndi Sukri