Luwu Timur Memanggil Jakarta: Saatnya Negara Hadir dengan Bandara Komersial di Gerbang Timur Sulawesi

oleh -14 pembaca
oleh

Luwu Timur, Sulawesi Selatan — Seruan kuat datang dari ujung timur Sulawesi Selatan. Masyarakat dan tokoh akademisi menyerukan kepada pemerintah pusat agar segera menghadirkan bandara komersial di Kabupaten Luwu Timur. Desakan ini disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Zakir Sabara HW, ST., MT., IPM., ASEAN Eng., APEC Eng., Wakil Rektor II Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, dalam pernyataannya berjudul “Luwu Timur Memanggil Jakarta”.

Menurutnya, pembangunan Bandara Komersial Luwu Timur bukan hanya kepentingan daerah, tetapi strategi nasional untuk membuka konektivitas udara antara Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.

“Kami tidak minta istana, kami hanya ingin pintu langit yang membuka masa depan,” ujar Prof. Zakir Sabara mewakili aspirasi masyarakat Luwu Timur, Senin (02/11/2025).

Mengapa Pembangunan Bandara Mendesak?

Kabupaten Luwu Timur dikenal sebagai pusat energi dan industri strategis nasional, dengan keberadaan tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk dan puluhan izin usaha pertambangan (IUP) lain. Meski menjadi penopang ekonomi nasional sejak 1968, wilayah ini hingga kini belum memiliki bandara komersial yang layak untuk mendukung mobilitas ekonomi dan logistik.

Prof. Zakir menegaskan bahwa bandara komersial akan menjadi pintu gerbang ekonomi dan sosial baru di kawasan tengah-timur Sulawesi. “Letak geografis Luwu Timur sangat strategis. Bandara di sini bisa menjadi simpul konektivitas udara bagi tiga provinsi, sekaligus mempercepat arus logistik, pendidikan, dan pariwisata,” jelasnya.

Potensi Alam dan Energi Hijau

Luwu Timur juga dikenal karena Danau Matano, danau terdalam keempat di dunia dan terdalam di Asia Tenggara, dengan kedalaman mencapai 590 meter. Danau ini menjadi sumber utama tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang menyuplai energi ke kawasan industri sekitarnya.

Meski dikelilingi aktivitas tambang sejak lebih dari lima dekade, Danau Matano tetap jernih dan terjaga, menjadi contoh harmoni antara industri dan kelestarian lingkungan.

“Dari Danau Matano-lah energi hijau mengalir. Dari sinilah Indonesia Timur menyalakan lampu, namun ironisnya kami masih menunggu kehadiran negara melalui bandara yang layak,” tambah Prof. Zakir.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Kehadiran bandara komersial dinilai akan membawa efek domino ekonomi:

  • Mendorong pertumbuhan kawasan industri hijau Sorowako,
  • Menghidupkan sektor UMKM dan pariwisata Danau Matano–Towuti–Mahalona,
  • Memperkuat rantai pasok nikel dan energi nasional,
  • Mempercepat mobilitas masyarakat lintas provinsi.

Dengan infrastruktur udara yang memadai, Luwu Timur berpotensi menjadi hub logistik dan ekonomi baru di Sulawesi.

Pesan untuk Pemerintah Pusat

Melalui seruannya, masyarakat Luwu Timur berharap pemerintah pusat segera menetapkan proyek pembangunan Bandara Komersial Luwu Timur sebagai proyek strategis nasional (PSN).

“Berilah kami satu bandara, dan kami akan tunjukkan bagaimana Luwu Timur bisa menerbangkan masa depan Indonesia,” tutup Prof. Zakir Sabara.