Mahasiswa Unhas Raih 2 Medali Emas di Pimnas ke-37 Berkat Inovasi Diagnostik Tuberkulosis

oleh -83 pembaca
oleh

Telusur-news.com, Makassar– Widitra Darwis, mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas), mencetak prestasi membanggakan dengan meraih dua medali emas di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-37. Karya inovatifnya yang berjudul “Dissolving Microneedle Patch Terinkorporasi ESAT6-CFP10: Strategi Baru Diagnostik Infeksi Laten Tuberkulosis” berhasil memenangkan medali emas dalam dua kategori sekaligus, yaitu kategori presentasi dan poster.

Widitra menjelaskan bahwa riset ini bertujuan mengembangkan metode baru diagnostik untuk infeksi laten tuberkulosis (ILTB). Dengan memanfaatkan teknologi dissolving microneedle patch (DMNP-EC) yang diintegrasikan dengan ESAT6-CFP10 (EC), diharapkan akurasi diagnostik ILTB dapat meningkat, sekaligus mempermudah prosedur diagnosis. Penelitian ini dirancang untuk mengidentifikasi tuberkulosis pada tahap infeksi laten, di mana seseorang bisa terlihat sehat meskipun sudah terinfeksi.

“Alhamdulillah, kami berhasil meraih dua medali di kategori poster dan presentasi. Fokus riset kami adalah diagnostik tuberkulosis, khususnya infeksi laten. Pada tahap ini, orang bisa saja sudah terinfeksi, namun masih tampak sehat,” ujar Widitra.

Prestasi yang diraih Widitra dan timnya tidak terlepas dari bimbingan yang diberikan oleh dosen pendamping mereka, Prof. dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D, Sp.MK(K), Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Unhas. “Keberhasilan ini berkat arahan yang diberikan pembimbing kami sejak awal riset di bulan Januari lalu. Kami didorong untuk menghasilkan tulisan yang baik dan inovatif,” tambah Widitra.

Di samping itu, Widitra juga menyampaikan bahwa proses penelitian yang mereka lalui penuh tantangan. Namun, dengan kerja sama tim yang solid serta dukungan penuh dari dosen pembimbing, semua kesulitan dapat diatasi.

Tes diagnostik standar untuk ILTB, seperti interferon-gamma release assay (IGRA) sering kali sulit diterapkan di Indonesia karena prosedur yang kompleks, sedangkan tuberculin skin test (TST) kerap memberikan hasil positif palsu. Oleh karena itu, tim ini mengembangkan formula baru yang lebih praktis dan akurat.

Penelitian ini dimulai dengan formulasi dan karakterisasi fisik DMNP-EC, kemudian dilanjutkan dengan uji in vivo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua pekan merupakan waktu yang optimal dalam pembuatan model hewan ILTB, dan DMNP-EC terbukti memberikan hasil yang lebih akurat dengan prosedur yang lebih sederhana.

Selain Widitra Darwis, tim Detec ini juga terdiri dari Azzahra Aurelya Shodan Razak (Fakultas Kedokteran), Primadona Putricia Samuel (Fakultas Kedokteran), St. Namirah (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), dan Vira Yuniarty (Fakultas Farmasi). Keberhasilan mereka menjadi kebanggaan Unhas dalam ajang nasional bergengsi ini.

Lap. Andy Sukri